Pakaian adat Indonesia adalah salah satu kebudayaan yang perlu dilestarikan.
Baju adat menjadi ciri khas tiap daerah sekaligus menumbuhkan kecintaan pada tanah air.
Saat ini, Indonesia memiliki 37 provinsi per bulan Juni 2022 dengan ditambahkannya Provinsi Papua Selatan, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan.
Dengan penambahan provinsi baru ini, bertambah pula pakaian adat Indonesia menjadi 37.
Lantas, apa saja pakaian adat yang ada di Indonesia? Mari simak deretannya.
Pakaian Adat di Indonesia
i.
1. Ulee Balang (Aceh)
Pakaian adat Ulee Balang untuk pria disebut Linto Baro.
Busana ini terdiri dari 3 bagian, yaitu atas, tengah dan bawah.
Bagian atas adalah penutup kepala atau mahkota yang disebut meukeutop.
Meukeutop berbentuk lonjong ke atas dan dilengkapi dengan lilitan berbahan dasar kain sutera yang disebut tengkulok.
Untuk bagian tengah berupa meukasah atau baju yang tertutup pada bagian kerah dan disulam atau dijahit menggunakan benang emas
Sementara bagian bawahnya adalah celana cekak musang yang dikenal dengan istilah sileuweu.
Sileuweu berupa celana panjang berwarna hitam dan dibuat dari kain katun yang ditenun.
Pakaian adat Ulee Balang untuk kaum wanita disebut Daro Baro.
Bentuk busana berupa baju kurung, yang desainnya dipengaruhi oleh budaya Melayu, Cina, dan Arab.
2. Bundo Kanduang (Sumatera Barat)
Bundo Kanduang merupakan pakaian adat di Indonesia asal Sumatera Barat yang identik dengan warna merah dengan akseoris lengkap serta penutup kepala.
Aksesorinya cukup banyak, khususnya calon pengantin wanita, seperti selendang, mahkota atau penutup kepala, gelang, kalung dan banyak lagi.
Tentunya hanya digunakan saat upacara pernikahan saja, ya.
3. Ulos (Sumatera Utara)
Indikasinya terlihat dari beberapa kelengkapan yang dikenakan, yaitu berupa perhiasan bercitrakan keemasan.
Pakaian ini termasuk salah satu jenis kain songket yang dahulu sering dipergunakan para kaum bangsawan.
Selain itu, unsur Hindu Budha sendiri terkandung pada pakaian adat aesan gede.
5. Teluk Belanga (Kepulauan Riau)
Pakaian adat Kepulauan Riau untuk laki-laki disebut baju teluk belanga.
Modelnya berkerah dan berkancing dengan memakai kancing tep, kancing emas atau kancing permata.
Lengan bajunya lebar, agak longgar dengan panjang agak menutup pergelangan tangan.
6. Kebaya Laboh dan Kurung Cekak Musang (Provinsi Riau)
Pakaian adat Riau yang resmi digunakan untuk acara-acara formal, seperti acara pemerintahan
Untuk para wanita memakai Kebaya Laboh. Sementara untuk pria pakaian resminya adalah baju Kurung Cekak Musang.
7. Baju Betabur (Bengkulu)
Pakaian adat di Indonesia dari Bengkulu untuk pengantin perempuan adalah baju betabur dan rok songket.
Sedangkan pengantin laki-lakinya memakai baju betabur, celana dan kain songket yang berbahan beludru dan songket.
8. Baju Kurung (Provinsi Jambi)
Baju kurung terbuat dari bahan beludru, saten atau santung dengan warna merah, emas, biru dan warna lainnya, yang memakai sulaman benang emas.
Motifnya bermacam-macam yaitu bunga tanjung, bunga teratai, bunga kangkung, bunga pucuk paku atau pakis, dan bunga pucuk rebung.
Untuk paduannya berupa kain songket Jambi dengan motif serupa dengan baju kurung, di mana kain songket menggambarkan keagungan seorang wanita.
Baca Juga: Rekomendasi 7 Dokter Anak Semarang untuk Atasi Masalah Kesehatan Si Kecil
9. Paksian (Bangka Belitung)
Foto: Paksian (Bangka Belitung) (Romadecade.org)
Pakaian Paksian adalah busana pengantin yang khas dari kota Pangkal Pinang.
Pakaian untuk mempelai wanita adalah baju kurung merah yang biasanya terbuat dari bahan sutra atau beludru yang pada masa awal disebut baju Seting.
Kain yang dipakai adalah kain besusur, kain lasem, atau disebut juga dengan nama kain cual.
Bagian kepala memakai mahkota yang dinamakan Paksian.
Mempelai laki-laki memakai sorban yang disebut sungkon. Pakaian ini disebut memiliki pengaruh dari Cina dan Arab.
10. Tulang Bawang (Lampung)
Pakaian Tulang Bawang kental dengan tradisi ketimuran dengan model baju tertutup dan menjunjung tinggi nilai kesopanan.
Para pria mengenakan atasan putih berlengan panjang dengan bawahan celana berwarna sama.
Selain itu, di bagian pinggang dililitkan sarung hingga sepanjang lutut. Biasanya sarung ini didominasi warna merah dan emas.
11. Pangsi (Banten)
Pangsi merupakan setelan pakaian berupa baju kemeja polos yang agak longgar serta celana yang juga longgar dan panjangnya tidak melebihi mata kaki.
Pakaian adat di Indonesia ini umumnya dipakai oleh laki-laki dan merupakan pakaian khas dari beberapa suku di Indonesia, terutama Betawi dan Sunda.
12. Kebaya Encim (DKI Jakarta)
Foto: Pakaian Adat Betawi (DKI Jakarta) (Orami Photo Stock)
Kebaya Encim merupakan pakaian tradisional daerah yang berasal dari suku Betawi yang ada di provinsi Dki Jakarta.
Kebaya ini merupakan busana tradisional yang berasal dari perpaduan dua kebudayaan, yaitu Tionghoa dan Betawi
Selain itu, terdapat beberapa busana-busana adat lainnya yang juga memiliki sentuhan Tionghoa, India dan Arab.
Beberapa jenis pakaian adat Betawi tersebut, yakni:
- Baju Sadariah
- Baju Demang
- Baju Tikim dan Celana Pangsi
13. Kebaya Sunda (Jawa Barat)
Sama seperti kebaya dari Jawa Tengah atau Jawa Timur, kebaya Sunda memiliki bentuk seperti kebaya pada umumnya.
Yang menjadi pembeda adalah motif yang ada di leher. Warna kebaya Sunda biasanya lebih cerah sedangkan bawahnya biasanya dipadukan dengan kain jarik.
14. Kesatrian Ageng (Daerah Istimewa Yogyakarta)
Pakaian adat Yogyakarta tersebut diberi nama dengan istilah Kesatriaan Ageng.
Pakaian adat di Indonesia ini terdiri dari beberapa bagian baju, yaitu:
- Surjan sebagai atasan
- Celana panjang hitam
- Kain batik yang di pinggang yang dililitkan sampai atas lutut
- Hiasan kepala.
15. Jawi Jangkep (Jawa Tengah)
Foto: Kebaya Jawa (Jawa Tengah) (Instagram.com/therealdisastr)
Pakaian adat Jawa Tengah yang resmi adalah pakaian Jawi Jangkep.
Pakaian ini didominasi oleh warna hitam pada atasannya dan digunakan oleh pria.
Pasangan dari pakaian ini adalah Kebaya Jawa Tengah sehingga para wanita yang menyertai pasangannya saat acara resmi mengenakan pakaian Jawi Jangkep.
16. Pesa’an (Jawa Timur)
Sesuai dengan namanya, pakaian adat Jawa Timur ini berasal dari Madura.
Pesa'an Madura merupakan pakaian khas yang digunakan untuk pria.
Pakaian ini terdiri dari kaus bergaris merah dan putih, baju luar berlengan panjang berwarna hitam, serta celana longgar hitam.
17. Payas Agung (Bali)
Payas agung adalah pakaian adat Bali. Payas agung ini biasanya dipakai ketika upacara pernikahan atau potong gigi.
Pakaian ini memiliki kesan mewah dan spesial, maka dari itu payas agung tidak ditujukan untuk berbagai aktivitas.
Selain payas agung, masih ada beberapa baju adat lainnya baju safari, payad madya, payas alit, dan kebaya Bali.
18. Pegon (Nusa Tenggara Barat)
Foto: Pakaian Adat Suku Sasak (Nusa Tenggara Barat) (Orami Photo Stock)
Pakaian adat suku sasak disebut Pegon yang mendapat pengaruh dari busana eropa.
Berbeda dengan pakaian Sasak lainnya yang terbuat dari kain songket, pegon menggunakan kain biasa berwarna gelap, kemungkinan pegon merupakan hasil akulturasi dengan tradisi Jawa.
19. Amarasi (Nusa Tenggara Timur)
Pakaian adat di Indonesia, di provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki beberapa suku yang masing-masing memiliki pakaian adat tersendiri.
Salah satu suku di NTT, yaitu Suku Dawan yang memiliki baju adat bernama amarasi.
Baju adat amarasi khusus pria terdiri dari selimut kain tenun ikat dan baju bodo.
Melansir dari laman Pariwisata Indonesia, selain amarasi, terdapat beberapa baju adat asal NTT lainnya di antaranya, yakni:
- Baju adat Suku Rote
Keunikan baju adat satu ini bisa dilihat dari Ti’i langga.
Ti’i langga merupakan topi yang memiliki bentuk seperti topi khas meksiko sombrero, topi ini terbuat dari bahan daun lontar kering.
- Pakaian adat Suku Sabu
Baju suku sabu untuk pria adalah kemeja putih dengan lengan panjang, selendang dan bawahan.
Sedangkan untuk baju adat NTT suku sabu khusus wanita berupa kebaya dan kain tenun.
- Pakaian adat Suku Helong
Baju adat suku Helong untuk laki-laki berupa selimut besar yang diikat pada bagian pinggang untuk bawahan, baju bodo atau kemeja, destar untuk ikat kepala dan habas atau kalung.
Sedangkan pakaian adat NTT suku Helong khusus perempuan berupa kebaya, kemben, perhiasan kepala berbentuk bulan sabit.
20. King Bibinge dan King Baba (Kalimantan Barat)
King Baba merupakan pakaian adat untuk laki-laki Suku Dayak yang menempati Kalimantan Barat.
Sementara itu pakaian adat Kalimantan Barat untuk perempuan adalah King Bibinge.
Pakaian adat King Baba berbentuk seperti rompi yang menggunakan kain khas terbuat dari kulit kayu kapuo serta dihiasi manik-manik berwarna jingga dan merah.
Sedangkan untuk pakaian adat perempuan King Bibinge terbuat dari bahan yang sama tapi menutupi hingga bagian dada dan pundak.
21. Upak Nyamu (Kalimantan Tengah)
Pakaian upak nyamu ialah pakaian adat tradisional yang bahannya terbuat dari kulit kayu nyamu yang dipipihkan.
Dengan begitu, bisa digunakan sebagai bahan pembuat pakaian dan ewah (cawat).
Baju yang terbuat dari kulit nyamu ini kadang dibentuk seperti rompi kadang juga dibentuk seperti baju tanpa lengan.
22. Ta’a dan Sapei Sapaq (Kalimantan Utara)
Pakaian Ta'a merupakan pakaian yang dipakai untuk perempuan, sedangkan Sapei Sapaq adalah pakaian untuk laki-laki.
Pakaian Ta'a adalah kain sarung yang diberi anyaman manik kecil berwarna-warni dengan motif khusus.
Sedangkan Sapei Sapaq adalah baju berbentuk khusus yang dihiasi dengan manik bermotif tertentu serta gigi dan taring macan.
23. Bagajah Gamuling Baular Lulut (Kalimantan Selatan)
Foto: Bagajah Gamuling Baular Lulut (Kalimantan Selatan) (Pariwisataindonesia.id)
Bagajah Gamuling Baular Lulut, yaitu suatu jenis busana pengantin klasik yang berkembang sejak zaman kerajaan Hindu yang ada di Kalimantan Selatan.
Pengantin wanita hanya memakai kemben yang disebut udat.
24. Kustin (Kalimantan Timur)
Kustin merupakan pakaian adat Kalimantan Timur dari Suku Kutai yang berasal dari bahasa kutai dengan arti busana.
Kustin dimaknai sebagai pakaian kebesaran. Pakaian ini terbuat yang bahan dasar beludru hitam dipakai saat upacara pernikahan masyarakat golongan menengah ke atas.
25. Pattuqduq Towaine (Sulawesi Barat)
Nama pakaian adat Sulawesi Barat khususnya dari suku Mandar untuk wanita disebut dengan pattuqduq towaine.
Pattuqduq towaine terdiri dari beberapa komponen yaitu:
- Atasan berupa rawang boko
- Sarung khas Mandar bernama lipaq saqbe untuk bawahan
- Dilengkapi dengan sarung lainnya yaitu lipaq aqdi diratter duattdong.
Kemudian, dalam hal aksesorisnya, terdapat beberapa aksesoris yang dikenakan yaitu hiasan kepala, kalung, ikat pinggang disebut dengan kliki dan gelang.
26. Nggembe (Sulawesi Tengah)
Pakaian adat suku Kaili untuk wanita disebut dengan nama Nggembe.
Pakaian adat wanita ini memiliki bentuk yang unik dan menarik.
Baju adat untuk wanita umumnya memiliki pilihan warna.
Pilihan warnanya yaitu warna merah atau warna kuning yang di kombinasikan dengan corak berwarna hitam atau berwarna cokelat.
Baju ini berupa baju terusan yang longgar dan lengannya pendek.
Ada hiasan berupa manik-manik yang mempercantik baju ini.
Baju nggembe ini berbentuk segi empat dan berbentuk bulat di kerah baju.
Bawahan untuk pakaian adat ini yaitu Buya Sabe Kumbaja. Berupa rok panjang dan mekar.
Bawahan tersebut terbuat dari sarung yang ditenun dan berasal dari Donggala.
Sarung tenun ini diikatkan pada pinggang wanita. Lalu sisa ikatan tersebut dibiarkan terjuntai sebagai hiasan.
Baca Juga: Arti AM dan PM untuk Menunjukkan Keterangan Waktu serta Contoh Penggunaannya
27. Laku Tepu (Sulawesi Utara)
Laku tepu adalah pakaian adat Sulawesi Utara khas suku Sangihe.
Pakaian ini dikenakan oleh laki-laki dan perempuan. Ciri khas busana ini adalah bentuknya terusan panjang.
Baju pria mencapai lutut dan telapak kaki, dan dilengkapi dengan ikat kepala disebut paporong.
28. Babu Nggawi (Sulawesi Tenggara)
Babu Nggawi merupakan pakaian adat di Indonesia khas Sulawesi Tenggara, khususnya dari Suku Tolaki.
Pakaian tradisional ini sering dikenakan dalam upacara adat, upacara resmi, seperti pernikahan ataupun lainnya.
Pakaian Babu Nggawi terdiri atas pakaian atasan yang sering disebut lipa hinoru.
Untuk bawahannya mengenakan roo mendaa berbentuk rok panjang hingga mata kaki.
Warna lipa hinoru selalu disesuaikan dengan warna roo mendaa. Misalnya jika mengenakan lipa hinoru berwarna merah, maka roo mendaanya juga berwarna merah.
29. Baju Bodo (Sulawesi Selatan)
Foto: Baju Bodo (Sulawesi Selatan) (Orami Photo Stock)
Baju Bodo adalah pakaian tradisional perempuan Suku Makassar, Sulawesi Indonesia.
Baju bodo juga dikenali sebagai salah satu busana tertua di dunia.
Pakaian adat Sulawesi Selatan ini berbentuk segi empat, biasanya berlengan pendek, sesuai dengan namanya 'bodo' yang berarti pendek, setengah atas bagian siku lengan.
Pakaian ini kerap dipakai untuk acara adat seperti upacara pernikahan.
Tetapi kini, baju bodo mulai direvitalisasi melalui acara lainnya seperti lomba menari atau menyambut tamu agung.
30. Biliu dan Makuta (Gorontalo)
Mukuta dan Biliu merupakan sepasang pakaian adat Gorontalo yang pada dasarnya hanya dikenakan ketika ada upacara pernikahan.
Mukuta dan biliu sendiri memiliki nuansa sentuhan keagamaan atau lebih tepatnya sentuhan keislaman.
Pakaian biliu atau pakaian adat untuk perempuan Gorontalo memiliki banyak aksesoris hiasan pernak-pernik.
Hal itu membuat seorang perempuan Gorontalo yang mengenakan pakaian adat tersebut terlihat glamor dan memesona.
Berbeda dengan pakaian adat perempuan yang memiliki banyak aksesoris, pakaian adat pria atau mukuta lebih simpel.
Hanya memiliki 3 aksesoris yang dikenakan oleh laki-laki atau pengantin pria.
Baca Juga: Menyusuri Waduk Gajah Mungkur: Ada Makam di Dasar Air, Taman Satwa, dan Tempat Berkemah
31. Cele (Maluku)
Baju cele adalah kain kebaya yang dikombinasikan dengan kain salele di pinggang.
Motif baju cele bisa berupa garis-garis geometris atau berkotak-kotak kecil.
Umumnya busana ini memiliki corak warna merah yang memiliki nilai kecerian, berani, dan cekatan.
32. Manteren Lamo (Maluku Utara)
Menurut sejarah, pakaian adat ini konon dipakai oleh para sultan kerjaan di Maluku Utara.
Secara visual bentuk dan bagian dari Manteren Lamo terdiri dari jas berwarna merah dengan bordir emas di tepian.
Selain itu, perpaduan celana warna hitam sebagai bawahan serta aksesori kepala.
33. Ewer (Papua Barat)
Nama pakaian adat di Indonesia bagian Papua Barat adalah pakaian adat Ewer.
Pakaian ini murni terbuat dari bahan alami yaitu jerami yang dikeringkan.
Dengan kemajuan dan pengaruh modernisasi, pakaian adat ini kemudian dilengkapi dengan kain untuk atasannya.
Baca Juga: 10 Tanda Overthinking, Termasuk Terlalu Sering Mengkhawatirkan Masa Depan dan Menyesali Masa Lalu
34. Koteka (Papua)
Foto: Koteka (Papua) (Orami Photo Stock)
Koteka merupakan bagian dari pakaian adat Papua yang berfungsi untuk menutupi kemaluan penduduk pria asli Papua.
Sementara bagian tubuh lainnya dibiarkan terbuka sehingga nyaris telanjang.
Koteka, secara harfiah memiliki makna sebagai pakaian. Koteka juga disebut dengan horim atau bobbe.
35. Pummi (Provinsi Papua Selatan)
Pakaian adat Pummi adalah semacam rok mini yang dibuat dari anyaman daun sagu.
Rumbai-rumbai pummi dilepas begitu saja hingga terurai disekeliling pinggul dan paha.
Pummi ini dipakai oleh kaum laki-laki.
Kaum perempuan memakai tok.
Tok merupakan sejenis cawat atau celana dalam.
Tok adalah pummi yang rumbai-rumbai bagian depannya dikumpulkan lalu ditarik ke bagian belakang pinggul melalui celah paha sehingga menyerupai cawat.